PEMBUNUHAN ADE SARA
Selama Disiksa Sara Angelina Suroto Hanya Kenakan Pakaian Dalam
Polisi menunjukkan tersangka dan barang bukti saat gelar perkara kasus pembunuhan Ade Sara di Polres Bekasi, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014). PPolres Bekasi kota berhasil menangkap Hafid dan Assyfa Rahmadhani tersangka pembunuh Ade Sara dan mereka dijerat pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup. (JIBI/Solopos/Antara/Hafidz Mubarak)
Fakta baru dari pasangan tersangka pembunuh Ade Sara Angelina Suroto terungkap. Pasangan Hafitd-Syifa meminta Ade Sara menanggalkan pakaiannya. Selama disiksa di dalam mobil, Sara hanya mengenakan pakaian dalam.
Selain menganiaya Ade Sara Angelina Suroto, 19, dua tersangka pembunuhan, Ahmad Imam Al-Hafitd Aso alias Hafitd dan Aasyifa Ramadhani alias Sifa sempat menyuruh mahasiswi Universitas Bunda Mulia itu untuk melepas bajunya. Ini dilakukan agar korban tidak melarikan diri.
Hal ini terungkap dalam pemeriksaan lanjutan kedua tersangka di ruang penyidik Unit V Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kamis (13/3/2014) kemarin.
“Dalam pemeriksaan terungkap, korban disuruh buka baju dan yang buka korban sendiri. Ditanyakan (oleh penyidik) kenapa buka baju, alasannya supaya Ade Sara nggak lari, kalau lari nanti kan dia malu (dalam kondisi tidak berpakaian),” jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (14/3/2014).
Rikwanto mengungkapkan, saat itu Ade Sara mengenakan kemeja putih dan rok hitam. “Tinggal pakaian dalam saja (setelah bajunya terlepas),” imbuhnya.
Rikwanto mengungkapkan, peristiwa itu terjadi ketika mereka berada di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, setelah sebelumnya keduanya sempat mengantarkan korban ke tempat les bahasa Jerman, Senin (3/3) malam.
Adapun, Hafitd dan Syifa sempat berputar-putar dengan mobil Kia Visto dari Gondangdia-Menteng-Tamini-Cawang-Pramuka-Kemayoran-Utan panjang-ITC Cempaka Mas-Salemba-Bintara-Pulogebang.
Sementara itu, Kanit V Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kompol Antonius Agus Rahmanto mengungkapkan, korban cukup lama tidak mengenakan baju selama mereka berkeliling dengan mobil Kia Visto
“Korban baru dipakaikan kembali baju oleh Syfa setelah diketahui korban sudah tidak bernyawa,” ujar Agus.
Agus menambahkan, Ade Sara dipakaikan kembali bajunya oleh Syifa ketika keduanya berada di Kemayoran, Jakarta Pusat. Korban diperkirakan tewas di Kemayoran, pada Senin (3/3/2014) sekitar pukul 21.25 WIB.
Detik-detik sebelum korban diketahui tidak bernyawa, Hafitd yang juga mantan pacar korban, sempat menendang leher mahasiswi Universitas Bunda Mulia itu.
“Tersangka HF (Hafitd) sempat menendang dengan kaki kiri mengenai leher korban, lalu memukul dan menyetrum korban,” ujar Agus.
Tidak hanya Hafitd, Syifa juga ikut memukuli Sara beberapa kali pukulan saat kondisi mulutnya sudah tersumpal koran. Setelah itu, Sara tidak bergerak.
Dari pemeriksaan kedua tersangka, Kamis (13/3) kemarin, peristiwa ini terjadi ketika mobil Kia Visto B 8328 JO dalam keadaan berhenti di Kemayoran, Jakarta Pusat. Sebelumnya, mereka sempat berkeliling dari lokasi penjemputan Sara di Gondangdia, lalu ke Menteng, Taman Mini Square TMII, lanjut ke Cawang, kemudian ke Pramuka hingga akhirnya ke Kemayoran.
Selama perjalanan dari Gondangdia ke Kemayoran itu, korban disuruh buka baju. Mengetahui korban telah tak bernyawa, kedua tersangka pun sempat panik. Mereka kemudian berniat membuang mayat korban, namun mobil yang ditumpangi mereka tiba-tiba mogok usai membunuh korban.
“Ketika di Kemayoran itu, mobilnya sudah berhenti 3 kali dan ketika mobil berhenti itu, korban sudah meninggal,” ucap Agus.
Ketika mobilnya mogok itu, Hafitd sempat menghubungi temannya Galang dan Aldi untuk membantu meng-jumper Accu mobilnya.
PERMINTAAN ADE SARA YANG TERAKHIR
Kepergian Ade Sara Angelina Suroto sangat mendadak. Bahkan sang ayah, Suroto tak memiliki firasat apapun bahwa anaknya akan pergi secepat itu. Termasuk saat terakhir kali ia mengantar Sara dan ibunya ke stasiun Klender, Jakarta Timur.
Ade Sara menurut Suroto masih memiliki beberapa permintaan yang belum sempat ia penuhi. Hari Sabtu, pria yang aktif sebagai pelayan gereja ini dititipi pesan agar laptopnya diinstall perangkat yang ia perlukan untuk skripsinya kelak.
Tapi, karena hari itu orang yang akan dimintai tolong sedang sibuk di gereja, ia urung menyampaikan pesan putrinya tersebut. Selain itu, ada juga benda yang diidam-idamkan Sara namun belum bisa ia berikan.
“Dia pengin kamera SLR, tapi harganya mahal, kisarannya sekitar Rp 4-5 juta, karena terlalu mahal dia pengin beli sepeda saja karena pengin sepedaan dicar free day. Sebenarnya itu uang dia sendiri, dia ikut arisan, terus kalau kurang dia minta nanti ditombokin,” kata Suroto kepada Detikcom, Rabu (12/3/2014).
Ikut Arisan
Seorang tetangga Suroto, Ibu Yuli membenarkan bahwa Sara ikut arisan bersama ibu-ibu di komplek rumahnya. Sara ikut arisan dengan menggunakan uang sakunya sendiri sebesar Rp 250.000 sebulan.
Mahasiswi di UBM itu sedianya akan menarik uang arisan pada bulan depan. “Baru saja kemarin itu dia bilang bisa foya-foya nih kalau narik Rp 2.750.000. Tapi dia bilangnya sambil bercanda karena anaknyaenggak boros,” kata Yuli kepada Detikcom.
Yuli, yang setiap hari berdagang jus buah dan mi instan itu mengatakan, Sara kerap main ke rumahnya. Selain ngobrol, Sara juga paling suka memesan mi goreng dan jus strawberry racikan Yuli.
Minuman itu adalah favoritnya dan sesekali kalau bosan, ia ganti dengan teh botol pakai es batu. “Yang unik dia tak pernah mau pakai susu. Kalau pesan teh botol dia mintanya dua, satu buat dia satu buat papanya,” kata dia.
Ade Sara yang Juli nanti genap berusia 19 tahun tewas pada Rabu (5/3) pekan lalu oleh dua sahabat karibnya, Ahmad Imam Al Hafitd, 19 tahun dan Assyifa Ramadhani, 19 tahun. Dia disiksa dengan keji oleh Hafitd, dan Syifa Kedua pelaku adalah teman SMA Sara. Bahkan Hafitd adalah mantan kekasih Sara.
Hafitd dan Syifa sempat menjalin hubungan asmara selama lebih dari setahun ketika masih sekolah di SMA 36 Jakarta. Namun saat kuliah, hubungan mereka mulai renggang hingga akhirnya putus.
Kisah yang awalnya sangat manis berujung pada penghilangan nyawa dengan cara yang keji, pada Senin 3 Maret lalu. Mayat Sara dibuang dan baru ditemukan pada Rabu pagi di Jalan tol Jakarta Outer Ring Road Klometer 41 arah Cikunir, Bekasi.
Keinginan Ade Sara untuk memiliki kamera SLR, dan sepeda yang akan digenjot di arena car free day tak sempat terwujud.
PENUTUP
Menurut saya, si Pria (Hafidz) adalah akar dalam pembunuhan ini, dia seorang Pria yang tidak memiliki moral dan tidak tau apa artinya kehidupan, si pelaku wanita (Syifa) tidak memiliki niat membunuh, dia hanya membenci korban (Ade Sara) karna Pria (Hafidz) yang disukainya akan kembali atau Cinta Lama Bersemi Kembali, karna bujuk rayu yang diluncurkan oleh Pria (Hafidz) kepada pelaku wanita (Syifa) dan terjadi pembunuhan ini, dengan motif pembunuhan berencana, keduanya haruslah dihukum setimpal, menurut saya nyawa dibayar nyawa, maka dari itu pemuda sekarang jarang berfikir positif dalam hal cinta, tidak memakai fikiran jernih, hanya memikirkan cinta menggunakan logika, banyak mendekatkan diri kepada tuhan, cinta tak memandang dengan siapa dia disandang, tapi cinta bisa membuat orang lupa dengan keadaan, sungguh miris kejadian ini, semoga tidak terulang kembali dan semoga Alm.Ade Sara diterima YME.
Polisi menunjukkan tersangka dan barang bukti saat gelar perkara kasus pembunuhan Ade Sara di Polres Bekasi, Jawa Barat, Jumat (7/3/2014). PPolres Bekasi kota berhasil menangkap Hafid dan Assyfa Rahmadhani tersangka pembunuh Ade Sara dan mereka dijerat pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup. (JIBI/Solopos/Antara/Hafidz Mubarak)
Fakta baru dari pasangan tersangka pembunuh Ade Sara Angelina Suroto terungkap. Pasangan Hafitd-Syifa meminta Ade Sara menanggalkan pakaiannya. Selama disiksa di dalam mobil, Sara hanya mengenakan pakaian dalam.
Selain menganiaya Ade Sara Angelina Suroto, 19, dua tersangka pembunuhan, Ahmad Imam Al-Hafitd Aso alias Hafitd dan Aasyifa Ramadhani alias Sifa sempat menyuruh mahasiswi Universitas Bunda Mulia itu untuk melepas bajunya. Ini dilakukan agar korban tidak melarikan diri.
Hal ini terungkap dalam pemeriksaan lanjutan kedua tersangka di ruang penyidik Unit V Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kamis (13/3/2014) kemarin.
“Dalam pemeriksaan terungkap, korban disuruh buka baju dan yang buka korban sendiri. Ditanyakan (oleh penyidik) kenapa buka baju, alasannya supaya Ade Sara nggak lari, kalau lari nanti kan dia malu (dalam kondisi tidak berpakaian),” jelas Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (14/3/2014).
Rikwanto mengungkapkan, saat itu Ade Sara mengenakan kemeja putih dan rok hitam. “Tinggal pakaian dalam saja (setelah bajunya terlepas),” imbuhnya.
Rikwanto mengungkapkan, peristiwa itu terjadi ketika mereka berada di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, setelah sebelumnya keduanya sempat mengantarkan korban ke tempat les bahasa Jerman, Senin (3/3) malam.
Adapun, Hafitd dan Syifa sempat berputar-putar dengan mobil Kia Visto dari Gondangdia-Menteng-Tamini-Cawang-Pramuka-Kemayoran-Utan panjang-ITC Cempaka Mas-Salemba-Bintara-Pulogebang.
Sementara itu, Kanit V Subdit Jatanras Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kompol Antonius Agus Rahmanto mengungkapkan, korban cukup lama tidak mengenakan baju selama mereka berkeliling dengan mobil Kia Visto
“Korban baru dipakaikan kembali baju oleh Syfa setelah diketahui korban sudah tidak bernyawa,” ujar Agus.
Agus menambahkan, Ade Sara dipakaikan kembali bajunya oleh Syifa ketika keduanya berada di Kemayoran, Jakarta Pusat. Korban diperkirakan tewas di Kemayoran, pada Senin (3/3/2014) sekitar pukul 21.25 WIB.
Detik-detik sebelum korban diketahui tidak bernyawa, Hafitd yang juga mantan pacar korban, sempat menendang leher mahasiswi Universitas Bunda Mulia itu.
“Tersangka HF (Hafitd) sempat menendang dengan kaki kiri mengenai leher korban, lalu memukul dan menyetrum korban,” ujar Agus.
Tidak hanya Hafitd, Syifa juga ikut memukuli Sara beberapa kali pukulan saat kondisi mulutnya sudah tersumpal koran. Setelah itu, Sara tidak bergerak.
Dari pemeriksaan kedua tersangka, Kamis (13/3) kemarin, peristiwa ini terjadi ketika mobil Kia Visto B 8328 JO dalam keadaan berhenti di Kemayoran, Jakarta Pusat. Sebelumnya, mereka sempat berkeliling dari lokasi penjemputan Sara di Gondangdia, lalu ke Menteng, Taman Mini Square TMII, lanjut ke Cawang, kemudian ke Pramuka hingga akhirnya ke Kemayoran.
Selama perjalanan dari Gondangdia ke Kemayoran itu, korban disuruh buka baju. Mengetahui korban telah tak bernyawa, kedua tersangka pun sempat panik. Mereka kemudian berniat membuang mayat korban, namun mobil yang ditumpangi mereka tiba-tiba mogok usai membunuh korban.
“Ketika di Kemayoran itu, mobilnya sudah berhenti 3 kali dan ketika mobil berhenti itu, korban sudah meninggal,” ucap Agus.
Ketika mobilnya mogok itu, Hafitd sempat menghubungi temannya Galang dan Aldi untuk membantu meng-jumper Accu mobilnya.
PERMINTAAN ADE SARA YANG TERAKHIR
Kepergian Ade Sara Angelina Suroto sangat mendadak. Bahkan sang ayah, Suroto tak memiliki firasat apapun bahwa anaknya akan pergi secepat itu. Termasuk saat terakhir kali ia mengantar Sara dan ibunya ke stasiun Klender, Jakarta Timur.
Ade Sara menurut Suroto masih memiliki beberapa permintaan yang belum sempat ia penuhi. Hari Sabtu, pria yang aktif sebagai pelayan gereja ini dititipi pesan agar laptopnya diinstall perangkat yang ia perlukan untuk skripsinya kelak.
Tapi, karena hari itu orang yang akan dimintai tolong sedang sibuk di gereja, ia urung menyampaikan pesan putrinya tersebut. Selain itu, ada juga benda yang diidam-idamkan Sara namun belum bisa ia berikan.
“Dia pengin kamera SLR, tapi harganya mahal, kisarannya sekitar Rp 4-5 juta, karena terlalu mahal dia pengin beli sepeda saja karena pengin sepedaan dicar free day. Sebenarnya itu uang dia sendiri, dia ikut arisan, terus kalau kurang dia minta nanti ditombokin,” kata Suroto kepada Detikcom, Rabu (12/3/2014).
Ikut Arisan
Ikut Arisan
Seorang tetangga Suroto, Ibu Yuli membenarkan bahwa Sara ikut arisan bersama ibu-ibu di komplek rumahnya. Sara ikut arisan dengan menggunakan uang sakunya sendiri sebesar Rp 250.000 sebulan.
Mahasiswi di UBM itu sedianya akan menarik uang arisan pada bulan depan. “Baru saja kemarin itu dia bilang bisa foya-foya nih kalau narik Rp 2.750.000. Tapi dia bilangnya sambil bercanda karena anaknyaenggak boros,” kata Yuli kepada Detikcom.
Yuli, yang setiap hari berdagang jus buah dan mi instan itu mengatakan, Sara kerap main ke rumahnya. Selain ngobrol, Sara juga paling suka memesan mi goreng dan jus strawberry racikan Yuli.
Minuman itu adalah favoritnya dan sesekali kalau bosan, ia ganti dengan teh botol pakai es batu. “Yang unik dia tak pernah mau pakai susu. Kalau pesan teh botol dia mintanya dua, satu buat dia satu buat papanya,” kata dia.
Ade Sara yang Juli nanti genap berusia 19 tahun tewas pada Rabu (5/3) pekan lalu oleh dua sahabat karibnya, Ahmad Imam Al Hafitd, 19 tahun dan Assyifa Ramadhani, 19 tahun. Dia disiksa dengan keji oleh Hafitd, dan Syifa Kedua pelaku adalah teman SMA Sara. Bahkan Hafitd adalah mantan kekasih Sara.
Hafitd dan Syifa sempat menjalin hubungan asmara selama lebih dari setahun ketika masih sekolah di SMA 36 Jakarta. Namun saat kuliah, hubungan mereka mulai renggang hingga akhirnya putus.
Kisah yang awalnya sangat manis berujung pada penghilangan nyawa dengan cara yang keji, pada Senin 3 Maret lalu. Mayat Sara dibuang dan baru ditemukan pada Rabu pagi di Jalan tol Jakarta Outer Ring Road Klometer 41 arah Cikunir, Bekasi.
Keinginan Ade Sara untuk memiliki kamera SLR, dan sepeda yang akan digenjot di arena car free day tak sempat terwujud.
PENUTUP
Menurut saya, si Pria (Hafidz) adalah akar dalam pembunuhan ini, dia seorang Pria yang tidak memiliki moral dan tidak tau apa artinya kehidupan, si pelaku wanita (Syifa) tidak memiliki niat membunuh, dia hanya membenci korban (Ade Sara) karna Pria (Hafidz) yang disukainya akan kembali atau Cinta Lama Bersemi Kembali, karna bujuk rayu yang diluncurkan oleh Pria (Hafidz) kepada pelaku wanita (Syifa) dan terjadi pembunuhan ini, dengan motif pembunuhan berencana, keduanya haruslah dihukum setimpal, menurut saya nyawa dibayar nyawa, maka dari itu pemuda sekarang jarang berfikir positif dalam hal cinta, tidak memakai fikiran jernih, hanya memikirkan cinta menggunakan logika, banyak mendekatkan diri kepada tuhan, cinta tak memandang dengan siapa dia disandang, tapi cinta bisa membuat orang lupa dengan keadaan, sungguh miris kejadian ini, semoga tidak terulang kembali dan semoga Alm.Ade Sara diterima YME.
